Sepenggal Kisah Masa Lalu

.

Jika saja taman mungil itu masih di sana, tentu aku sudah semenjak tadi menangkap capung-capung yang kerap beterbangan di sana. Capung-capung berwarna hijau dan kuning, bersayap bening, mengayuh udara, seolah berenang di angkasa. Kadang bersembunyi di balik ilalang, warnanya tersamar dengan bunga rumput yang tumbuh liar. Pelangi yang hinggap di cakrawala, membuat capung-capung datang semakin banyak, berputar-putar mencari sejumput keindahan yang menari di sore hari. Beberapa ekor mulai mencari pasangan, berkejaran dan tidak mau kalah oleh kehadiran para kumbang.

Jika saja taman mungil itu masih di sana, tentu aku sudah mengajakmu ke sana, mencoba menangkap capung yang terbang dengan tangan kosong. Dan tentu saja tak seekorpun tertangkap genggaman kita, capung-capung itu sungguh lincah, justru kitalah yang diajak berputar mengelilingi taman, menjenguk kesederhanaan suka cita. Sebagian batang ilalang rebah karena lari langkah kakimu yang kecil, namun tumbuhan itu tak mengeluh atau mengaduh, aku lihat sejenak mereka bangkit kembali.  Sesudah kaki-kakimu menjauh. Sementara tanganmu masih menggapai mahluk yang berenang ria di angkasa jingga.