Ini Negriku! Mana Negrimu?



Cendrawasih melayang bak sutra selendang melambai, menyapa nyiur menyapa pantai merah pastel. Menjenguk gunung-gunung emas berdampingan sekawan tertancap di tanah, tempat lautan terumbu pesta warna karang menggapai langit biru. Terpantul di riak gelombang lagu nelayan. Kebyar-kebyar corak layarnya menepuk pipi ikan-ikan berloncatan, menunggu jala menunggu salam dari ganggang. Dan lambai mahkota cacing kipas serta kilau pulau-pulau, berserak di sepanjang lintas pelangi katulistiwa.

(tapi bukan kami punya, seru anak-anak berlarian menyeret mainan dari buah jeruk bali)

Gadis Manis Gulali


Ia suka sekali membeli gulali. Makanan manis merah warna, terbuat dari air gula kental. Mengilat, merangsang mata, aromanya meluluh indra pengecap. Hampir saban hari, gadis itu menunggu kedatangan seseorang: pedagang gulali langganan. Yang mana saban siang lewat di jalan kecil depan rumah. Dan acap kali si pedagang lewat, ia segera menghampirinya. Lalu memesan gulali dengan bentuk yang sama yaitu bentuk hati. Entah kenapa tak ingin beda rupa, seperti selera anak-anak penggemar penganan gula kental lainnya.

Sebagian anak-anak lelaki kerap memesan bentuk mobil atau naga-nagaan, ada pula anak-anak gadis lain ingin wujud bunga atau kupu-kupu. Gadis kecil itu tak jua sekalipun memesan lain rupa. Namun Abang pedagang tak hendak bertanya tentang masalah bentuk. Ia hanya melayani, sesuai permintaan pembeli. Membentuk makanan manis itu dengan lincah tangannya. Seperti gerakan seni pematung yang handal, selekasnya membentuk gulali selagi panas.