Malam Pertemuan



(Di keheningan malam, sosok laki-laki itu datang. Angin mendesir,  menebar aroma kembang.)
.
   “Andi….apakah itu kamu, Andi…?”
   “Selamat malam Nisa. Aku datang Nisa. Aku datang ingin melihatmu.”
   “Oh Andi, aku gemetar melihatmu. Tapi aku senang kau datang juga akhirnya. Aku pikir kau lupa padaku.”
   “Aku rindu padamu, Nisa. Tiga bulan lebih tak dapat melihatmu. Aku tak tahu caranya. Baru ini, bisa menjengukmu.”
   “Iya, aku mengerti, akupun kangen padamu. Walau ternyata tidak semudah bayangan semula, kita sudah lain dimensi bukan? Bagaimana kabarmu, Andi?”
 

Laron-Laron Cinta



Minggu subuh Mila berlari, olahraga pagi. Menghirup udara bersih, menjenguk suhu yang turun satu derajat. Jam masih pukul lima. Kaus ketat merah jambu dan bicycle pants hitam, sesekali menguak kontur badannya. Wewangian Adidas membantu semangat Mila. Aroma maskulin memang favoritnya. Aktif. Sportif. Menebar aura positif.

Sebelumnya, seperti biasa Mila melakukan pemanasan: membuat gerakan berputar pada leher, lengan dan pinggang. Mengendurkan otot-otot sendi. Mengusir kantuk yang melekat di pelupuk matanya. Membuang penat yang tersimpan dalam setiap sel-sel tubuhnya.

Sepatu jogging putih dengan tiga strip merah muda, selaras dengan kaus ketatnya. Yang nampak tak mampu menyembunyikan pusarnya.  Sepertinya berat badan Mila naik satu kilogram. Dan itu cukup membuat Mila dengan mudah mengenyah rasa malas bergerak dipagi ini. Lebih baik lari pagi, daripada mengurangi makan. Dan ini akhir minggu, harusnya bebas dari diet. Sekali-sekali memanjakan diri dengan kuliner, begitu pikir Mila.