Si Dia



di penghujung malam
dia memandang genang air kolam
ikan-ikan koi berbisik-bisik sambil menyelam,
”apakah dia ingin wajahnya terbenam?”

di kolam itu bulan separuh pualam tenggelam
tak ingin muncul pada langit kelam
seperti dia tak kunjung dapat menggenggam;
sebongkah cinta hanyut terseret arus jeram
"kasihan dia –menabung rindu serasa semu rajam."



*****

Jakarta 2013

Leluk Tubuhmu


Tadi pagi, aku iseng. Nonton kamu tidur. Pagi belum sempurna, wajahmu ditelan bantal. Rokok, kopi dan aku masih iseng. Nonton kamu, sehabis semalam bercinta. Pagi belum sempurna, kicau burung masih beberapa. Embun masih beberapa dikulum daun, kecupku masih beberapa di sebagian lehermu. Aku iseng membuka selimutmu. Astaga. Kamu tanpa apa-apa.

Pagi belum sempurna, sebaiknya menunggu sebentar. Hingga matahari menembus jendela, hingga terangnya hinggap di atas ranjang. Kicau burung masih beberapa, hasrat ku juga masih beberapa. Ambil kamera, menunggu cahaya tepat, momen tepat. Sementara kamu belum bangun. Sementara kamu belum membuka mata. Perlahan kubalikan tubuhmu, ini dia momen tepat. Sinar empat lima derajat, sudut istimewa. Lensa digital tanpa suara, merekam lekukmu. Merekam bias cahaya, juga tanpa suara.